Tentang Kodok (Bufo melanosticus)
1. Klasifikais Kodok Dewasa
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo melanosticus
2. Morfologi
Kodok
adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Kodok
bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki
empat dan tak berekor (anura). Kodok umumnya berkulit halus,
lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Kodok berukuran sedang, yang
dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan
panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas
kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas
moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum
(gendang telinga).
Kodok
hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas.
Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim
empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin
sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah
dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan
hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya. Hewan ini dapat ditemui mulai
dari hutan rimba, padang pasir, tepi-tepi sungai dan rawa, perkebunan
dan sawah, hingga ke lingkungan pemukiman manusia. Kodok membela diri
dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar di
kulitnya.
3. Anatomi Kodok
3. Anatomi Kodok
ket: –
paru-paru masih mengembang disebabkan karena ketika membedah katak tidak sedang
pingsan
– adanya darah disebabkan arteri terpotong ketika membedah katak
– adanya darah disebabkan arteri terpotong ketika membedah katak
4. Reproduksi Kodok
Kodok
kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau
pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan
berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah
perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata),
kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul
berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Pembuahan pada kodok dilakukan
di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan
memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air,
kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan
merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan
melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
5. Telur kodok
Pada
saat bereproduksi kodok dewasa akan mencari lingkungan yang berair.
Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur
tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan
dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk
tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur kodok
tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur kodok hanya
dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur
kodok harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.
6. Peranan Kodok
Kodok
berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan.
Tingkat pencemaran lingkungan pada suatu daerah dapat dilihat dari
jumlah populasi kodok yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Latar
belakang penggunaan kodok sebagai indikator lingkungan karena kodok
merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah ribuan tahun
lalu. Jadi kodok tetap exist dengan perubahan iklim bumi. Tentunya hanya
pengaruh manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi
kodok. Salah satunya adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke
alam. Akan tetapi yang lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah
kegiatan manusia yang banyak merusak habitat alami kodok, seperti
hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa. Apalagi kini penggunaan pestisida
yang meluas di sawah-sawah juga merusak telur-telur dan berudu kodok,
serta mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang berikutnya.
Daftar Pustaka
Blaustein,
A. R., Hatch, A. C., Belden, L. K., Scheessele, E. & Kiesecker, J.
M., 2003a. Global Change: Challenges Facing Amphibians. In: Amphibian Conservation: 187–198 (R. D. Semlitsch, Ed.). Smithsonian Books, Washington, D.C.
Carey, C. & Alexander, M. A., 2003. Climate Change And Amphibian Declines: Is There A Link? Diversity and Distributions, 9: 111–121.
Ultsch, G. R., Bradford, D. F. & Freda, J., 1999. Physiology: Coping With The Environment. In: Tadpoles: The Biology Of Anuran Larvae: 189–214 (R. W. McDiarmid & R. Altig, Eds.). Univ. of Chicago Press, Chicago.http://muslimahsakura90.wordpress.com/2010/11/13/tentang-kodok-bufo-melanosticus/
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking